Minggu, 01 April 2018

Antara Cinta dan Mesir

"Tenang sayang, Allah akan menjaga mu, dan anak- anak kita." Pesan singkat penguat darinya, sebelum cek in pesawat.

Aku sangat keberatan dengan kepergian tugasnya ke Mesir selama tiga puluh hari atau tepat satu bulan itu. Ini kali pertamanya, ia akan meninggalkan ku selama satu bulan.

Dia, yang selama hampir lima tahun menjadi suamiku, kekasih hatiku, harus pergi sementara waktu. Memenuhi tugasnya menemani muridnya student visit ke Mesir.

Kesempatan sangat berharga baginya, bisa bersinggah ke negeri Kinan itu dengan fasilitas gratis. Tugasnya, mendampingi anak-anak, mengingatkan dan mengatur kesehariannya. Tidak mudah memang, butuh kesabaran yang kuat.

Suamiku adalah seorang guru di sekolah swasta yang berada di Jakarta. Student visit ke luar negeri adalah program tahunan sekolah untuk siswanya.

Aku dan suamiku, jarang dipisahkan oleh jarak jauh dalam waktu yang lama. Jakarta-Mesir, tiga puluh hari, adalah pengalaman pertamaku tentang jarak dan cinta.

Selama tiga puluh hari itu, adalah libur akhir tahun. Yap, kali itu, aku berlibur bersama dua buah cinta tanpanya.

Tiada hari tanpa bertukar kabar, video call, pastinya saling mendoakan di setiap waktu. inilah antara cinta dan mesir. Walau jauh raga, tetap dekat dihati.

Aku banyak belajar bertanggung jawab, tegar, sabar, bersyukur, peduli dan lebih mandiri dari jarak ini. Aku seorang IRT mahasiswi yang belum mempunyai PRT tetap, harus berjuang lebih kuat membersamai buah hati tanpa ayahnya.

Anak-anak adalah tanggung jawabku, aku benar-benar bisa banyak belajar menjadi ibu yang mandiri. Selama suami ke Mesir, aku juga pergi ke Cirebon, untuk rihlah keluarga. Ke Jogja, untuk silaturahim ke rumah Mbah. Ke Lampung, main kerumah orangtuaku. Selama perjalanan,aku ditemani adik perempuanku. Perjalanan yang tak mudah tanpa ayah anak-anak.

Cinta dan jarak, mengajarkanku untuk saling menjaga dalam cinta, memupuk rindu, mengingatkan tentang indahnya bersama, menguatkan diri, mandiri, saling mendoakan, menguatkan, menjaga kepercayaan, melatih kesabaran, kesyukuran dan keimanan.

Bukankah pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang indah,?
Bunga indah tumbuh dengan pupuk rindu, dan kupu-kupu datang mewarnai hari.

Taman cinta terwarnai setelah musim yang berganti.

Jarak antara Allah dan hambaNya, digambarkan dalam Al-Qur'an sangatlah indah.

Dalam (Q.S Al-Baqarah: 186)
Dan apabila hamba-hamba-ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.

Walau jauh di mata, Allah selalu ada di hati kita, Ia selalu membersamai kita, dimana pun kita berada.

Jarak, tak akan memisahkan hati yang saling menyatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar