Rabu, 04 April 2018

Pigura Yang Memanggilku

Rumah orangtuaku adalah rumah masa kecilku yang penuh kenangan, rumah yang selalu kurindu untuk selalu berada didalamnya. Rindu dengan penghuninya, Rindu berkumpul bersama didalamnya.

Didalam rumah itu, ada dua buah pigura yang terpajang di ruang tengah dan ruang tamu. Entah mengapa, setiap ku melewati dua ruangan itu, dengan reflek kepalaku nenoleh dan memandangi wajah yang ada di dalam figura itu, seakan pigura itu memanggilku.

Didalam figura itu, ada beberapa wajah yang terlihat, tapi hanya satu wajah yang seakan selalu ingin aku sapa, seakan ingin selalu kulihat setiap harinya.

Dua figura itu, adalah foto keluargaku. Figura yang berada di ruang tengah adalah foto keluargaku kira-kira tujuh tahun lalu. Dan figura yang berada di ruang tamu adalah foto keluarga, saat aku menikah.

Aku adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ada delapan wajah dalam figura di ruang tengah dan sembilan wajah dalam figura di ruang tamu. Dalam foto di ruang tengah, aku sedikit menjinjitkan kakiku, agar tampak badanku lebih tinggi dari adikku.

Tak bisa dipungkiri, tinggi badan aku dan adikku yang usianya hanya berjarak dua belas bulan pas, membuat tinggi badan kami hanya berjarak beberapa cm saja. Aku selalu dibuat tersenyum ketika melihat foto dalam figura itu.

Akhir-akhir ini, kedua figura itu seakan memanggilku untuk memandangnya, walaupun hanya sekejap. Seakan dia menyuruhku untuk memandanginya.

Tetapi, saatku menolehnya, hanya satu wajah saja yang selalu ingin kupandang. Wajah itu adalah wajah adikku yang usianya hanya berjarak dua belas bulan denganku.

Seakan ia berkata, bahwa ia akan selalu ada. Akan selalu bahagia bersama. Akupun saat memandangnya, merasakan kehadirannya selalu didalam rumah. Keramahannya, canda tawanya, usilnya, cerianya, selalu terbayang dan terdengar didalam rumah.

Aku merasa, dia selalu ada. Selalu hadir, dan meyakinkan bahwa kita akan bertemu lagi. Kita akan berkumpul bersama lagi. Bercanda tawa bersama lagi. Walau jiwa raga kita terpisah, namun hati ini selalu mengingatnya, mendoakannya, dan merasakan kehadiran dari segala kebaikan dan segala kenangan indah bersamanya.

Sejak kepergiannya,
Seakan dua pigura itu memanggilku, mengajakku untuk mengingat masa-masa indah bersama.
Setiap kepalaku reflek menoleh ke arah pigura itu, seakan ia memanggilku, mengingatkanku agar selalu mendoakannya, dan ikhlas dengan keperginya.

Kau selalu ada dihatiku dik, mbak mencintaimu karena Allah. Doa kami selalu menyertaimu💓

Tidak ada komentar:

Posting Komentar