Senin, 16 April 2018

Desa Gunung Kidul

Aku mempunyai mbah buyut yang tinggal di desa gunung kidul Yogyakarta. Disana, aku sangat merasakan suasana khas desa.

Ibu, bapak, nenek, kakek, om tante maupun anak-anak sangat senang berkebun.
Jalan kaki dengan jarak yang tidak dekat. Memikul rumput, beralaskan sendal jepit, terkadang tanpa alas kaki. Hampir disetiap rumah ada kandang binatang ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, dan lainnya.

Suasana desa yang kental, yang jarang kutemui di kota. Suasana hangat, saling sapa menyapa, berbagi hasil panen, menyuci baju di sungai, membajak sawah dengan sapi, bermain di lapangan luas, dan aktivitas lainnya di desa.

Yang sering disayangkan, terkadang di desa kurang mendapat sentuhan dari pemerintah. Padahal mereka adalah warga negara yang harus mendapatkan kesejahteraan.

Misalnya listrik, belum banyak pedesaan yang mendapatkan sumber daya listrik yang memadai. Anak-anak yang ingin belajar pada malam hari, terpaksa harus menggunakan lampu lilin untuk mendapatkan cahaya. Padahal sangat tidak baik untuk kesehatan mata.

Sumber daya manusia yang ada di desa harus selalu dibina. Terkadang, karena kurangnya ilmu pengetahuan, mereka sangat rentan mengikuti hal-hal yang tidak baik.

Dalam hal ekonomi, ini yang selalu menjadi masalah dari pedesaan. Hasil panen mereka sering kali dihargai dengan sangat murah. Padahal, mereka sangatlah membutuhkan untuk membeli bibitnya kembali dan keperluan sehari-hari.

Tugas pemerintah dan kita bersama untuk membina dan mensejahterakan pedesaan. Dari pedesaanlah indonesia terkenal dengan negara maritim dan perkebunan terluas. Bagaimana bisa menjadi negara yang maju jika petani dan nelayan saja tidak dihargai?.

Sangat miris saat Indonesia banyak mengimpor beras, garam, buah-buahan, ikan dan banyak lagi dari luar negeri. Alasannya hanya karena hasil dari dalam negeri kurang dan kurang memuaskan.

Padahal, bisa jadi, akar masalahnya karena petani kita kurang di edukasi bagaimana cara memproduksi hasil panen yang baik. Atau petani kita kurang dihargai, membeli kepada mereka dengan harga sangat murah. Sehingga banyak petani-petani yang menjual tanahnya berpindah pekerjaan menjadi buruh.

Hanya sedikit sisa petani-petani kita, karena mereka kurang dihargai. Bagaimana negeri ini akan dihargai sedangkan belum bisa menghargai masyarakatnya sendiri?.

Apalagi zaman teknologi yang super canggih masa kini. Jika petani dan masyarakat desa belum bisa merasakan kesejahteraan negerinya amatlah disayangkan. Seharusnya masyarakat desa bisa lebih terbantu.

Seperti aplikasi i-Grow misalnya. Aplikasi jual beli hasil panen yang menghubungkan antara investor, pemilik lahan tanah, petani, dan pembeli. Akad jual beli didalam nya salah satunya dengan akad salam. Akad yang saling menguntungkan satu sama lain. Inilah muamalah islam, sangat adil dan mensejahterakan.

i-Grow sudah membantu mensejahterakan ribuan masyarakat desa khusus petani di Indonesia. Karena keluhan kebanyakan para petani adalah kekurangan modal, lahan dan harga jual yang rendah. Aplikasi ini sangatlah membantu mereka.

Tugas kita bersama untuk peduli dengan pedesaan. Mereka adalah bagian kita, saudara kita, mereka yang sangat berjasa mempertahankan budaya Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar