Jumat, 30 Maret 2018

TAARUF (Part 4)

Tibalah saat calon suami datang, bersama keluarga nya, tiga orang kakak dan kedua orang tua. Calon suami ini adalah keluarga besar, memiliki lima belas saudara. Tetapi, Hanya tiga kakak yang mewakili.
Sebelumnya, aku sudah pulang kerumah dari Jakarta seminggu sebelum rencana pertemuan ini berlangsung.
Kami menyambut hangat kedatangan mereka. Tetangga yang melihat, sepertinya punya firasat, bahwa ada tamu spesial yang datang.

Orang tuaku belum memberi tahu tetangga, untuk menjaga proses, agar berjalan aman. Hanya satu tetangga yang diundang untuk mewakili tetangga.
Pertemuan tidak berlangsung lama, berbicara tentang keseharian, perkenalan, dan panjang lebar. Calon suamiku tidak banyak berkata, maklum dia anak terakhir. Kakaknya yang menjadi ketua RW di daerah rumahnya lah yang lebih banyak bercerita.

Awalnya mereka banyak bertanya, dan menyatakan niat kedatangan kerumah kami, hanya untuk silaturahim mengenal lebih dekat. Tetapi ternyata abiku memancing untuk langsung menentukan tanggal nya saja, dengan niat agar tidak bolak-balik Jakarta-Lampung.
"Niat kedatangan kami, untuk silaturahim, mengenal lebih dekat dan sekalian jalan-jalan, maklum orang betawi nggak punya kampung." kata calon kakak iparku saat itu.
"Alhamdulillah, kami terima kedatangan nya di Lampung. Terima kasih sudah meluangkan waktu nya bisa silaturahim kesini. Kalau begitu, bagaimana kalau langsung saja kita tentukan tanggal." kata abiku menjawab pernyataan calon kakak ipar.

Sontak kami dan tamu pun terkejut mendengarnya. Mungkin mereka hanya niat silaturahim, tapi sudah di ajak untuk langsung tentukan hari pernikahan.
"Kalau sudah sama-sama ia, tidak usah lama-lama lagi" lanjut Abi.
Alhamdulillah, setelah pertemuan itu, dapatlah di tentukan hari H. Terhitung dari hari khitbah sampai hari H, berkisar satu bulan satu minggu. Masya Allah, Alhamdulillah Allah mudahkan prosesnya.

Dalam proses selanjutnya, yang banyak berkomunikasi adalah orang tuaku dengan calon suamiku. Aku sama sekali tidak ada komunikasi dengan nya sampai hari akad berlangsung.
Sungguh, kuasa Allah, proses yang indah, saling menjaga karena Nya.

Segala persiapan untuk hari H, kami persiapkan dan selalu komunikasikan lewat orang tua. Kali ini tugas ibu sudah selesai, mengantarkan calon suami keproses yang lebih serius, yaitu bertemu orang tuaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar