Kamis, 29 Maret 2018

TAARUF (Part 3)

Saat nadzor, adalah waktu yang sangat bersejarah bagiku. Aku melihat calon suami ku pertama kali secara langsung. Perasaan berdebar, dan selalu ada pertanyaan dalam hati saat melihatnya, 
"Apakah dia benar akan menjadi suamiku?." Pikirku saat itu.

Kami berempat bertemu di rumah kenalan ibu yang kebetulan sedang tidak dipakai. Aku memperhatikan gerak-gerik calon lelakiku.

"Hmm.. Dia lumayan lucu, duduk menunduk, sesekali menutup wajah dengan lengannya, sambil curi-curi pandang. Mungkin ghodul bashor. Tapi, lucu juga tingkahnya, Hihi." pikirku dalam hati.

Aku yang biasanya malu melihat laki-laki yang belum ku kenal, ini malah berbalik, aku sok PD, dan merasa tidak bersalah memandangnya berkali-kali.
 "Kesempatan nadzor, lagian dia juga malu-malu ngeliatnya," lagi-lagi hati ku berbicara sendiri.
Aku menyimpulkan, dari pandangan pertama dan selanjutnya, dia orang yang baik, lumayan ganteng, sepertinya sholeh, boleh laah, nggak ada masalah.

Pertemuan nadzor itu hanya berkisar setengah sampai satu jam. Nggak lebih. Biodata dia sangat lengkap, sehingga bingung membuat pertanyaan untuknya. Begitu pula dia, sudah sangat percaya pada guru ngajinya, sehingga dia yakin untuk melanjutkan proses ini.

Alhamdulillah, proses nadzor lancar. Pada saat nadzor ini, kita berhak menanyakan apapun kepada calon kita yang belum jelas dan kita ingin ketahui. Kita harus jujur memberikan semua informasi, agar kedepannya setelah pernikahan tidak ada yang menyesal. Kita sudah sama-sama tahu.
Proses nadzor juga adalah hal yang paling berkesan, karena kita bisa melihat langsung, calon pasangan kita, kita bisa menilai dari fisiknya, cara bicaranya dan banyak lagi pada saat nadzor. Pergunakan sebaik mungkin, untuk mencari info yang membuat kita mantap.

Kenapa? Karena kita belum pernah kenal sebelumnya, belum pernah bertemu, bahkan bertegur sapa, atau mungkin chat di sosial media. Ini pertama kali, dipertemukan oleh orang yang mengenalkan kepada kita.
Calon suamiku ini adalah orang yang pandai menjaga perasaan. Ia tak ingin hatinya tersakiti ataupun menyakiti ku. Ia tak ingin chat atau SMS apalagi menelponku. Ia tak ingin hati kami ternodai hingga ijab kobul terucap. Masya Allah, makin yakinlah hatiku.

Selama ini, kabar apapun tentang proses taaruf antara kami melalui ibu, dan ibu langsung berkomunikasi ke dia. Jadi belum ada hati di antara kami, yang ada saling menautkan hati dengan do'a dan istikhoroh, agar Allah jodohkan.
Setelah nadzor, calon suami mengabarkan akan silaturahim kerumahku di Lampung bersama keluarga nya dua minggu lagi. Orang tua ku mempersiapkan dengan baik untuk kedatangannya dirumah. Sepertinya mereka sudah benar-benar siap mempunyai menantu.

Tibalah saat calon suami bersama keluarga nya datang ke Lampung. Calon suami ini, betawi asli. Dan berkeluarga besar. Dia bersama tiga kakak dan kedua orang tuanya datang dengan satu mobil. Mereka menanggap silaturahim ini juga sebagai rihlah keluarga.

Mereka berangkat malam hari, dan pagi hari sudah sampai di Lampung. Kami sudah menyiapkan kedatangannya dari pagi. Tapi ternyata mereka istirahat dulu sebelum sampai ke rumah. Sungguh penantian yang sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar