Rabu, 28 Maret 2018

TAARUF (Part 2)

Akhirnya, karena aku bingung apa saja yang harus aku tulis dalam biodataku, aku bertanya kepada ibu, tentang isi biodata untuk taaruf ini.

"Nama Lengkap :
Nama panggilan :
Tempat Tanggal Lahir:
Hobi :
Aktifitas:
Motto hidup:
Riwayat pendidikan :
Organisasi : 
Tentang keluarga : 
Kriteria suami : 
Dan lain lain...
Kurang lebih seperti ini Fathin, nanti kalau ada yang perlu di lengkapi silahkan ya."

Begitu jawab ibu, saat aku tanya lewat pesan WhatsApp.

Bismillah, malam itu langsung aku kirimkan biodata ku kepada ibu.
Entah mengapa, jadi ada rasa harap cemas, ada rasa harap, padahal tidak terlalu niat di awal.
Satu hari, dua hari, tiga hari hingga seminggu berlalu, belum ada kabar kelanjutan, lanjut atau tidak proses ini. Aku kira hanya butuh satu sampai tiga hari sudah ada kabar, ternyata tidak.

Seminggu berasa satu tahun. Benar-benar penantian penuh harap itu berat. Setelah seminggu tak ada kabar, akhirnya aku putuskan untuk menganggap proses ini selesai sampai sini.
"Aku lupakan dan aku rasa, mungkin jodohku belum datang waktu dekat ini," pikirku waktu itu.

Tiba-tiba, pada hari ke sepuluh. Pasca penyerahan biodata itu, ada pesan masuk ke WhatsApp ku dari ibu.
" Fathin, mau nomer HP orang tua Fathin ya," pesan WA dari ibu tiba-tiba.
"Untuk apa ibu?" Tanyaku penasaran, dibarengi perasaan tak menentu.
Ada apakah ini? apakah ini kelanjutan dari proses kemarin.?
 Padahal aku benar-benar sudah melupakan tentang itu.
"Nanti Fathin akan tahu." Jawab ibu singkat.
Aku menurut saja, langsung aku kirimkan kontak kedua orang tua ku kepada ibu.
Memang, sejak awal proses penyerahan biodata, aku tidak cerita kepada siapapun, termasuk orang tua ku sendiri. Ibu berpesan, agar proses ini di rahasiakan dulu, sampai prosesnya sudah deal.
Untuk apa? Agar lebih terjaga hati dan proses nya.

Ternyata dugaan ku benar, ini jawaban dari proses sepuluh hari lalu. Laki-laki itu mau melanjutkan proses ta'aruf dengan ku.
Inilah awal proses ta'aruf dimulai.
Ku telpon umiku. Inilah awal kali aku memberi tahu umi tentang proses ini. Ternyata umi sudah dikabari lebih dulu dari ibu. Orang tua ku bahagia juga terharu, anak sulungnya akan segera dipinang.

"Kalau yang datang sholeh, baik, bertanggung jawab, ingin apa lagi?" Kata umi, tanda mendukung ku untuk melanjutkan proses ini.
"Iya umi," jawab ku pasrah, kala itu.
Sebelumnya, memang umi suka bercanda dengan ku.
"Kalau dalam waktu dekat ini ada lelaki yang datang, dan mau menikahimu, nggak apa-apa." kata umi

"Aah apalah umi ni, aku kan masih kecil," jawabku polos, belum terpikirkan ke arah sana.

Ternyata, ucapan adalah doa. Tahun itu juga, Allah bukakan jalan untuk bertemu jodohku.
Setelah sepuluh hari itu, dan dibarengi kabar akan dilanjutnya proses taaruf ini, barulah, ibu kirimkan biodata laki-laki itu kepadaku dan orang tua ku.
Ibu sangat menjaga kerahasian data laki-laki itu kepada ku sampai benar-benar akan dilanjut proses nya. Untuk apa? agar aku lebih terjaga dari apapun yang belum pasti.

Biodata lelaki itu sungguh lengkap!. Delapan halaman total keseluruhan nya. Terdapat visi misi rumah tangga, aktifitas hariannya, hingga aktifitas orang tua dan keluarga nya.
Orang tua ku, sangat setuju dengan lelaki ini, karena visi dan misi nya sangat cocok dengan keluarga kami.

Setelah kami saling mengetahui biodata satu sama lain, proses selanjutnya adalah nadzor yaitu bertemu dan bertatap muka dengan di dampingi pemfasilitas ta'aruf, aku bersama ibu, dan laki-lakinya bersama teman yang dipercayanya. Disana waktu untuk menanyakan hal yang belum jelas dan yang ingin ditanyakan.
Di waktu ini juga, kita masih boleh memutuskan untuk lanjut tidaknya proses taaruf.

Karena biodata laki-laki ini sangat jelas, tidak ada pertanyaan lagi dariku. Dari pihak laki-lakinya pun merasa biodataku sudah jelas, jadi waktu itu kami hanya bertemu dan bertanya sangat sedikit dan cepat selesai.
Orang tua ku tinggal di Lampung, sedangkan aku berdomisili di Jakarta karena sedang kuliah. Kami nadzor dijakarta.
Setelah proses nadzor, dan deal untuk lanjut, barulah pindah ke proses berikutnya yaitu bertemu orang tuaku di lampung. 
Alhamdulillah, Allah mudahkan prosesnya.
Waktu itu, jarak antara kabar lanjut, ke pertemuan nadzor, memakan waktu kurang lebih seminggu. Kami mencari waktu yang cocok dan pas untuk bertemu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar